Dringu, Lensaupdate.com - Dinas Pertanian (Diperta) Kabupaten Probolinggo terus mendorong peningkatan kualitas, produksi, produktivitas dan rendemen tebu rakyat melalui sinergi dengan Pabrik Gula (PG) Wonolangan. Hal itu terungkap dalam kunjungan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur dan Tim Pengawasan Program Peningkatan Rendemen dan Hablur Tanaman Tebu ke PG Wonolangan pada Jum'at (11/7/2025).
Kunjungan yang melibatkan tim dari BRIN, P3GI dan Universitas Brawijaya tersebut bertujuan untuk melakukan monitoring dan evaluasi (monev) terhadap proses giling tebu serta kualitas rendemen yang dihasilkan. Fokus utama pengukuran adalah tebu rakyat dan tebu sewa yang dipasok ke pabrik.
Dari hasil pengukuran menggunakan refraktometer BRIX, diketahui bahwa kadar gula (BRIX) dalam batang tebu rakyat mencapai 22% dan tebu sewa hanya 18%. Nilai ini menunjukkan bahwa tebu rakyat memiliki potensi lebih besar dalam mendukung efisiensi produksi gula.
General Manajer PG Wonolangan Fajar Lazuardi menyampaikan bahwa PG Wonolangan ini merupakan salah satu pabrik gula yang umurnya sudah tua. Namun demikian, selama ini keberadaan pabrik telah banyak menyerap tenaga kerja lokal di Kabupaten Probolinggo sehingga mampu memberdayakan perekonomian masyarakat.
"Oleh karena itu, kami atas nama PG Wonolangan mengharapkan support dari Pemerintah Kabupaten Probolinggo demi keberlanjutan pabrik gula ke depannya. Pasalnya keberadaan pabrik gula ini telah mampu memberdayakan masyarakat lokal sebagai tenaga kerjanya," ungkapnya.
Sementara Kepala Diperta Kabupaten Probolinggo Arif Kurniadi melalui Plh Kepala Bidang Sarana Penyuluhan dan Pengendalian Pertanian Evi Rosella menyampaikan hasil monev ini menjadi pijakan penting dalam kebijakan pengembangan tebu rakyat.
"Data rendemen ini membuktikan bahwa tebu rakyat sangat layak untuk terus didukung. Kami akan mengembangkan Demplot Kebun Bibit Datar (KBD) dengan varietas masak awal dan tengah agar kualitas tebu semakin meningkat dan penataan varietas lebih terarah," ujarnya.
Lebih lanjut Evi menjelaskan pihaknya juga akan mengakselerasi program Bongkar Ratoon seluas 1.250 hektare di tahun 2025. "Program ini ditujukan untuk mengganti tanaman tebu yang sudah tua dan tidak produktif dengan bibit unggul yang lebih adaptif dan tinggi rendemen," jelasnya.
Selain itu, Diperta juga mendorong peningkatan kontribusi tebu lokal dalam memenuhi kebutuhan PG Wonolangan. Saat ini, baru 17% dari total tebu yang digiling berasal dari petani lokal. Sementara sisanya masih tergantung pasokan luar daerah.
“Kami mengajak petani untuk lebih semangat menanam tebu karena data BRIX ini sudah membuktikan bahwa kualitas tebu lokal sangat kompetitif. Pemerintah daerah akan terus hadir, baik dalam pendampingan teknis maupun kebijakan harga,” tegasnya.
Menurut Evi, PG Wonolangan sendiri telah memulai musim giling pada 9 Mei 2025 dengan target 315.687 ton tebu hingga Oktober 2025. "Namun, karena bahan baku yang baru tergiling masih sekitar 20%, maka diperkirakan akhir musim giling bisa mundur hingga Desember 2025," tegasnya.
Dari sisi pemerintah daerah terang Evi, hasil evaluasi ini akan menjadi dasar dalam merumuskan kebijakan strategis terkait penentuan harga beli tebu, pemberian insentif petani serta dukungan program nasional Swasembada Gula.
"Kami siap menjadi penghubung antara petani, pabrik dan pemerintah provinsi maupun pusat. Kolaborasi ini penting agar swasembada gula bisa benar-benar terwujud dari akar rumput. Dalam hal ini dari petani rakyat,” pungkasnya. (mel/fas)