Dringu, Lensaupdate.com – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikdaya) Kabupaten Probolinggo berkolaborasi dengan Inovasi Untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) dan Unit Layanan Disabilitas (ULD) Kabupaten Probolinggo menyelenggarakan workshop pendidikan inklusi dan penggunaan aplikasi Profil Belajar Siswa (PBS) tahun 2025. Kegiatan berlangsung pada Senin dan Selasa (17–18/11/2025) di aula SDN Kedungdalem II Kecamatan Dringu.
Sebanyak 100 guru dari jenjang PAUD, TK, SD dan SMP se-Kabupaten Probolinggo mengikuti workshop ini. Selama dua hari, peserta memperoleh pendampingan dari tiga narasumber, yakni Inclusive Teaching Specialist INOVASI Jakarta Eni Martina, Korwil Bidang Dikdaya Kecamatan Dringu yang juga Ketua Pokja Inklusif Kabupaten Probolinggo Siti Husnul Ch., serta Sekretaris Pokja Inklusif Kabupaten Probolinggo sekaligus guru SDN Pohsangit Leres II M. Taufik.
Kegiatan ini dibuka oleh Kepala Disdikdaya Kabupaten Probolinggo Hary Tjahjono dan turut dihadiri oleh Kepala Bidang Pembinaan SD Disdikdaya Kabupaten Probolinggo Sri Agus Indariyati serta Ecosystem Coordinator INOVASI Jawa Timur Ahmad Fathoni.
Kepala Disdikdaya Kabupaten Probolinggo Hary Tjahjono mengatakan pendidikan inklusif merupakan sebuah keniscayaan dalam sistem pendidikan modern. Inklusi bukan sekadar menempatkan anak berkebutuhan khusus di ruang yang sama, tetapi perubahan cara pandang yang lebih humanis dan nondiskriminatif.
“Perjalanan menuju pendidikan inklusif adalah transformasi cara pandang dari eksklusi menuju inklusi sejati. Setiap anak memiliki keunikan serta hak yang sama untuk belajar dan berkembang tanpa diskriminasi,” katanya.
Hary menjelaskan pelatihan ini sejalan dengan semangat Permendikbudristek Nomor 48 Tahun 2023 yang menekankan pembangunan sekolah ramah untuk semua. Kegiatan tersebut diharapkan mampu memperkuat kapasitas guru pembimbing khusus dan tenaga pendidik lain agar semakin fleksibel dan inovatif dalam memberikan layanan pembelajaran.
“Tidak boleh ada lagi anak yang merasa tertinggal. Setiap anak bisa berkembang dan sekecil apapun perubahan layak dirayakan. Saya mengajak seluruh satuan pendidikan, pemerintah dan masyarakat untuk bersama-sama membangun ekosistem pendidikan inklusif yang berkelanjutan di Kabupaten Probolinggo,” tegasnya.
Sementara Inclusive Teaching Specialist INOVASI Jakarta Eni Martina menyampaikan Kabupaten Probolinggo telah menjadi mitra INOVASI sejak tahun 2018. Dukungan terhadap program inklusi di Kabupaten Probolinggo selalu konsisten, termasuk dalam penguatan Unit Layanan Disabilitas dan peningkatan kapasitas Guru Pembimbing Khusus (GPK).
“Kabupaten Probolinggo adalah mitra INOVASI sejak tahun 2018. INOVASI sangat mendukung pembentukan ULD serta peningkatan kompetensi GPK secara berkelanjutan,” ujarnya.
Sedangkan Korwil Bidang Dikdaya Kecamatan Dringu sekaligus Ketua Pokja Inklusif Kabupaten Probolinggo Siti Husnul Ch., menjelaskan workshop ini dirancang untuk memberikan kompetensi komprehensif kepada guru kelas maupun guru mata pelajaran.
Menurutnya, pendidikan inklusif menuntut pemahaman mendalam terkait asesmen fungsional bagi anak berkebutuhan khusus (ABK), sehingga guru dapat mengetahui bakat, minat serta kebutuhan layanannya. Peserta juga dilatih menggunakan aplikasi Profil Belajar Siswa (PBS) untuk mengidentifikasi hambatan belajar serta merancang layanan pembelajaran yang tepat.
“Peserta dibekali kemampuan menyusun profil belajar siswa, melakukan asesmen fungsional serta menerapkan strategi pembelajaran yang sesuai karakteristik ABK,” ungkapnya.
Ia menerangkan guru juga mendapatkan materi mengenai Desain Universal untuk Pembelajaran (DUP) agar mampu merancang dan mendampingi proses belajar yang adaptif bagi seluruh peserta didik. “Seluruh kegiatan dirancang dengan model pembelajaran yang memuliakan, berkesadaran, bermakna dan menggembirakan,” ungkapnya.
Workshop ini menjadi bagian dari upaya memperkuat implementasi pendidikan inklusi di Kabupaten Probolinggo. “Melalui kolaborasi lintas lembaga dan peningkatan kapasitas guru, diharapkan seluruh satuan pendidikan dapat mengembangkan layanan pembelajaran yang setara, partisipatif dan responsif terhadap keberagaman peserta didik,” pungkasnya. (nab/zid)
