Remaja Gili Ketapang Diajak GenRe Kenali Bahaya Pernikahan Dini


Sumberasih, Lensaupdate.com - Di sebuah pulau kecil di lepas pantai Probolinggo, suara ombak bersahutan dengan tawa ceria puluhan remaja. Sabtu (18/10/2025) sore itu, aula sederhana di Desa Gili Ketapang Kecamatan Sumberasih menjadi saksi semangat para pelajar yang berkumpul dalam kegiatan Bersama Teman Sebaya Berbincang Asik Season 2.

Forum Generasi Berencana (GenRe) Kabupaten Probolinggo bersama Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) hadir membawa pesan penting: kenali tanda bahaya (red flag) dari pernikahan dini dan bangun kesadaran untuk merencanakan masa depan yang sehat dan berdaya.

Dengan tema “Red Flag Nikah Dini vs Green Flag Generasi Berencana”, kegiatan ini diikuti 30 siswa SMAN 1 Sumberasih yang tinggal di pulau Gili Ketapang, sebuah daerah yang hanya dapat dijangkau lewat perjalanan laut selama satu jam dari daratan.

Acara dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars KB, dilanjutkan dengan sesi interaktif bersama Ahmad Hafizi, seorang psikolog yang membahas sisi emosional dan sosial dari pernikahan anak. Dengan gaya santai dan komunikatif, Hafizi mengajak peserta untuk memahami bahwa menikah muda bukan solusi dari tekanan sosial, melainkan bisa menjadi sumber persoalan baru.

“Pernikahan dini membawa risiko besar bagi kesehatan dan psikologis remaja. Banyak kasus berakhir dengan stunting, depresi hingga perceraian muda. Karena itu, berpikir panjang sebelum menikah adalah bentuk tanggung jawab terhadap diri sendiri,” tegasnya.

Keseruan makin terasa saat tim GenRe menggelar games edukatif berhadiah yang menguji wawasan peserta soal kesehatan reproduksi dan rencana hidup. Suasana hangat dan penuh tawa itu menegaskan bahwa edukasi bisa dikemas menyenangkan tanpa kehilangan makna.

Kepala Bidang Keluarga Berencana dan Ketahanan Keluarga DP3AP2KB dr. Adi Nugroho WD mengatakan, kegiatan ini menjadi bentuk nyata komitmen pemerintah dalam mendekatkan edukasi ke daerah terpencil.

“Kami ingin memastikan semua remaja, termasuk di pulau seperti Gili Ketapang, punya pemahaman yang benar tentang bahaya pernikahan dini. Mereka adalah aset masa depan bangsa,” ungkapnya.

Salah satu peserta yang mencuri perhatian adalah Ainul Yakin, remaja dengan keterbatasan fisik yang duduk di barisan depan dengan penuh semangat. Ia mengaku terharu atas perhatian yang diberikan oleh GenRe dan DP3AP2KB.

“Kami di sini jarang mendapat kegiatan seperti ini. Terima kasih sudah datang, kami jadi semangat untuk terus belajar dan bermimpi,” ujarnya lirih.

Koordinator Forum GenRe Kabupaten Probolinggo Sugiyanto menegaskan, kegiatan ini tidak hanya tentang penyuluhan, tetapi juga membangun empati dan percaya diri di kalangan remaja pulau. “Kami hadir bukan untuk menggurui, tapi untuk mendengar. Banyak remaja di sini menghadapi tekanan sosial untuk menikah muda. Kami ingin mereka tahu bahwa masa depan cerah itu tetap ada kalau mereka berani merencanakan,” jelasnya.

Menariknya, para Duta GenRe juga turut mempromosikan potensi wisata laut dan snorkeling Gili Ketapang melalui konten media sosial mereka, sebagai wujud sinergi antara edukasi, ekonomi kreatif dan promosi daerah.

Kegiatan ditutup dengan doa bersama dan penyerahan cinderamata bagi peserta paling aktif. Sore itu, semangat para remaja Gili Ketapang menjadi bukti bahwa pendidikan karakter dan kesadaran diri bisa tumbuh di mana saja, bahkan di pulau kecil yang dikelilingi lautan. (mel/fas)