Kraksaan, Lensaupdate.com - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Probolinggo terus memperkuat perhatian terhadap pekerja sektor industri hasil tembakau. Hal ini diwujudkan melalui penyaluran Bantuan Langsung Tunai Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (BLT-DBHCHT) 2025 bagi ribuan buruh pabrik rokok dan sektor pendukung lainnya, Rabu (29/10/2025).
Penyerahan secara simbolis dilakukan langsung oleh Bupati Probolinggo dr. Mohammad Haris atau akrab disapa Gus Haris di area produksi PT HM Sampoerna Tbk SKT Plant Kraksaan. Ia hadir bersama jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) serta manajemen Sampoerna.
Usai prosesi penyerahan, rombongan juga meninjau fasilitas produksi, memantau proses pembagian bantuan dan menyapa para pekerja yang mayoritas adalah perempuan pelinting rokok.
Kepala Dinas Sosial Kabupaten Probolinggo Rachmad Hidayanto merinci bahwa total penerima tahun ini mencapai 16.193 orang. Masing-masing memperoleh Rp1.384.000 yang dibayarkan satu kali dalam tahun anggaran 2025. Total anggaran yang digelontorkan melalui skema DBHCHT mencapai Rp22,96 miliar.
“Kelompok penerima terdiri dari buruh tani tembakau, buruh pabrik rokok dan masyarakat lain yang memiliki keterkaitan dengan sektor hasil tembakau. Termasuk penyandang disabilitas miskin non-bansos, petani cengkeh, pekerja non-buruh pabrik dan keluarga berisiko stunting yang belum menerima bantuan sosial,” jelasnya.
Ia berharap bantuan tersebut menjadi dukungan nyata untuk mengurangi beban ekonomi keluarga penerima, terutama di tengah dinamika ekonomi yang masih fluktuatif.
Sementara Bupati Probolinggo dr. Mohammad Haris atau Gus Haris menekankan keberadaan industri Sigaret Kretek Tangan (SKT) telah menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat Kabupaten Probolinggo selama bertahun-tahun. Keberadaan pabrik di Kraksaan yang kini telah beroperasi 13 tahun dan memberikan kontribusi luar biasa dalam penyerapan tenaga kerja.
“Tembakau adalah komoditas strategis Kabupaten Probolinggo. Kita adalah penghasil tembakau terbesar kedua di Jawa Timur. Jadi sangat pantas jika daerah kita juga menjadi pusat pertumbuhan industri rokok nasional,” katanya.
Namun demikian, Gus Haris menyebut besaran alokasi DBHCHT masih perlu diperjuangkan agar lebih proporsional. Pasalnya, kontribusi produksi tembakau Kabupaten Probolinggo sangat besar, tetapi penerimaan masih kalah jauh dari daerah dengan jumlah pabrik lebih banyak.
Dalam kesempatan itu, ia juga mengingatkan kepada para buruh bahwa bantuan ini bukan bentuk belas kasihan pemerintah. “Ini adalah hak panjenengan semua, hasil dari kerja keras yang dikembalikan untuk kesejahteraan keluarga. Gunakan sesuai kebutuhan yang penting,” pesannya.
Apresiasi khusus ia sampaikan kepada pekerja perempuan yang mendominasi produksi SKT dan menjadi penopang ekonomi rumah tangga. “Ibu-ibu di sini luar biasa. Tidak hanya membantu ekonomi keluarga, tetapi mampu menyekolahkan anak-anak hingga perguruan tinggi,” ujarnya.
Manager Hubungan Regional dan Berkelanjutan PT HM Sampoerna Kukuh Dwi Kristianto mengungkapkan bahwa Sampoerna dan 43 mitra produksinya mempekerjakan lebih dari 90.000 pekerja di seluruh Indonesia, di mana 90% merupakan pelinting SKT. Khusus di Kraksaan, terdapat lebih dari 3.400 pekerja yang menggantungkan hidup di sektor ini. “Kami berharap sinergi dengan pemerintah semakin kuat agar industri SKT tetap menjadi pilar ekonomi nasional,” tandasnya. (nab/zid)
