Dinkes Kabupaten Probolinggo Berikan Pelatihan Peningkatan Kapasitas SITB Bagi Pengelola Program TBC


Kraksaan, Lensaupdate.com - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Probolinggo menggelar pelatihan untuk peningkatan kapasitas Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB) bagi Pengelola Program TBC di Kabupaten Probolinggo di ruang pertemuan Tengger Kantor Bupati Probolinggo, Jum’at (2/5/2025).

Kegiatan ini diikuti oleh 39 orang peserta terdiri dari Pengelola Program TBC dari 33 puskesmas dan 6 rumah sakit di Kabupaten Probolinggo. Selama kegiatan mereka didampingi narasumber dari Dinkes Kabupaten Probolinggo dan Dinkes Provinsi Jawa Timur.

Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman para pengelola program TBC mengenai Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB) serta cara penggunaannya dalam mendukung pengelolaan dan pelaporan kasus TBC. Materi yang disampaikan meliputi analisis data terkait TBC, mulai dari notifikasi kasus, kematian akibat TBC hingga data terkait TB-HIV, analisis TPT dan indikator lainnya.

Kepala Dinkes Kabupaten Probolinggo dr. Hariawan Dwi Tamtomo melalui Wasor TBC Sulistiani Trisnoharini mengatakan kegiatan ini bertujuan untuk mentransfer pengetahuan mengenai SITB kepada seluruh peserta. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang fungsi dan fitur SITB, diharapkan setiap pengelola program TBC di Puskesmas maupun rumah sakit dapat lebih mudah mengoperasikan sistem ini. SITB diharapkan menjadi alat utama untuk pencatatan dan pelaporan kasus TBC di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) di Kabupaten Probolinggo.

“Melalui pelatihan ini, kami ingin memastikan bahwa semua pengelola program TBC di Kabupaten Probolinggo mampu menggunakan SITB dengan baik. Ini sangat penting agar seluruh data kasus TBC dapat tercatat dengan akurat dan terlaporkan dengan tepat,” katanya.

Pada tahun 2024 jelas Yeni, Kabupaten Probolinggo berhasil menemukan dan mengobati 2.609 kasus TBC dari total target sebanyak 3.388 kasus dengan angka keberhasilan pengobatan sebesar 91,45%. “Meski demikian, tantangan dalam pengendalian TBC masih cukup besar. Salah satunya adalah tingginya angka kasus TBC pada anak-anak (35%) dan kasus TB-HIV yang mencapai 86 kasus,” jelasnya.

Selain itu terang Yeni, tantangan lain yang dihadapi dalam program TBC adalah meningkatnya jumlah kasus TBC-MDR, TBC-HIV dan TBC pada penderita diabetes mellitus (DM) serta tingginya angka under-reporting atau laporan kasus yang tidak mencakup seluruh temuan kasus. 

“Di Indonesia, tantangan serupa juga terjadi. Di mana fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) pemerintah mendominasi pelaporan TBC. Sementara fasyankes swasta dan klinik swasta hanya berkontribusi sekitar 9% terhadap pelaporan kasus TBC pada tahun 2022,” terangnya.

Menurut Yeni, Indonesia sebagai salah satu negara dengan beban TBC terbesar di dunia telah menyatakan TBC sebagai kedaruratan kesehatan nasional. Pengendalian TBC di Indonesia terus diperkuat melalui berbagai strategi seperti intensifikasi program, akselerasi pelaporan kasus serta inovasi dalam pelayanan dan pencegahan. Salah satu komitmen utama Indonesia adalah mencapai eliminasi TBC pada tahun 2030, melalui pengembangan road map pengendalian TBC yang lebih efektif.

“Dengan adanya pelatihan ini, diharapkan Kabupaten Probolinggo dapat terus meningkatkan kemampuan para pengelola program TBC untuk mengatasi tantangan yang ada. Pemerintah daerah berharap seluruh fasilitas kesehatan di Kabupaten Probolinggo ini dapat lebih efektif dalam melaporkan kasus TBC guna mendukung tujuan nasional untuk mengurangi beban TBC serta mencapainya eliminasi pada tahun 2030,” pungkasnya. (nab/zid)