KRAKSAAN - Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispersip) Kabupaten Probolinggo terus mendorong peningkatan literasi masyarakat melalui kegiatan Kajian Perpustakaan Indonesia bertema “Penguatan Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) dan Tingkat Kegemaran Membaca (TKM)”, yang digelar di ruang Pustakaloka Dispersip Kabupaten Probolinggo, Rabu (22/10/2025).
Kegiatan ini diikuti oleh 35 Kepala/Pengelola Perpustakaan SD negeri dan swasta di Kabupaten Probolinggo. Para peserta mendapatkan pendampingan langsung dari pustakawan, pegiat literasi serta akademisi. Sebelumnya, pada Senin (20/10/2025), kegiatan serupa juga dilaksanakan untuk pengelola perpustakaan SMP negeri dan swasta.
Kepala Bidang Pelayanan dan Pengembangan Perpustakaan Dispersip Kabupaten Probolinggo, Nurul Yaqin menjelaskan kegiatan ini merupakan langkah strategis untuk mengukur sejauh mana kemajuan literasi masyarakat Indonesia.
“Kegiatan ini bukan sekadar agenda rutin, melainkan langkah strategis untuk menilai kemajuan literasi masyarakat. Melalui dua indikator penting, yakni IPLM dan TKM, kita dapat memotret perkembangan ekosistem literasi nasional secara lebih utuh,” ungkapnya.
Menurutnya, IPLM mencerminkan kemampuan masyarakat dalam mengakses, memahami dan memanfaatkan informasi untuk meningkatkan kualitas hidup, sementara TKM menggambarkan seberapa besar kegemaran masyarakat dalam membaca, baik buku cetak maupun sumber digital.
“Kedua indikator ini menjadi cermin kualitas sumber daya manusia Indonesia di era digital. Tantangan masih ada mulai dari keterbatasan akses bahan bacaan, infrastruktur perpustakaan yang belum optimal hingga rendahnya minat baca. Namun, di balik itu tumbuh semangat positif dari masyarakat seperti pojok baca desa dan taman bacaan masyarakat. Semangat ini harus terus dijaga agar literasi menjadi gerakan budaya, bukan hanya kegiatan seremonial,” tegasnya.
Sementara Kepala Dispersip Kabupaten Probolinggo Ulfiningtyas mengatakan peran perpustakaan saat ini telah berkembang lebih luas. “Perpustakaan tidak lagi sekadar tempat menyimpan buku. Ia telah berevolusi menjadi lifelong learning center, pusat inovasi sosial dan wadah pemberdayaan masyarakat,” ujarnya.
Ia menambahkan penguatan IPLM dan peningkatan TKM tidak bisa dilepaskan dari upaya memperkuat fungsi dan peran perpustakaan sebagai pusat pembelajaran masyarakat. “Kami ingin setiap perpustakaan baik di sekolah, kampus maupun desa menjadi sumber inspirasi, inovasi dan inklusi sosial,” jelasnya.
Melalui kajian ini, Ulfi berharap mendapatkan data dan analisis yang akurat terkait kondisi literasi masyarakat di berbagai wilayah. “Data tersebut akan menjadi dasar penyusunan strategi dan kebijakan berbasis bukti (evidence-based policy) untuk memperkuat gerakan literasi nasional,” lanjutnya.
Ulfi menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam membangun ekosistem literasi yang berkelanjutan. “Kami berharap kajian ini menjadi ruang kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, komunitas literasi dan dunia usaha. Literasi harus berjalan dari bawah mulai dari keluarga, sekolah dan komunitas hingga menjadi gerakan nasional,” tegaspnya.
Ia mengajak agar menjadikan literasi sebagai kekuatan bangsa. “Mari jadikan literasi bukan sekadar kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga kemampuan memahami, mengkritisi dan mencipta demi kemajuan bangsa,” pungkasnya. (nab/zid)
