Dringu, Lensaupdate.com - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikdaya) Kabupaten Probolinggo menyelenggarakan bimbingan teknis (bimtek) penguatan pendidikan inklusi bagi Guru Pendamping Khusus (GPK).
Kegiatan yang digelar di aula SDN Kedungdalem II Kecamatan Dringu pada Selasa dan Rabu (2-3/9/2025) ini diikuti oleh 80 Guru Pendamping Khusus (GPK) dari berbagai satuan pendidikan di Kabupaten Probolinggo.
Bimtek ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan para GPK dalam menangani peserta didik berkebutuhan khusus yang berada di lingkungan sekolah inklusif. Fokus kegiatan adalah pada identifikasi hambatan belajar dan pendekatan strategis dalam mendampingi anak-anak inklusi secara optimal.
Di hari pertama, para peserta diajak membedah berbagai bentuk hambatan yang dihadapi siswa inklusi di masing-masing satuan pendidikan. Pendekatan yang digunakan menekankan bahwa istilah hambatan lebih humanis dan diterima oleh masyarakat, dibandingkan penggunaan istilah tuna yang terkesan stigmatis.
“Ketika kita menyebut hambatan dibandingkan kekurangan, maka pendekatan kita kepada anak akan jauh lebih empatik. Ini membantu orang tua lebih mudah menerima kondisi anak, sehingga kolaborasi dalam penanganan bisa lebih positif," ujar Kepala Disdikdaya Kabupaten Probolinggo Dwijoko Nurjayadi melalui Analis Kebijakan Muda Like Widyawati.
Menurut Like, bimtek ini bukan hanya fokus pada teori, tetapi juga praktik langsung. GPK melakukan simulasi bagaimana menghadapi siswa dengan hambatan berbeda-beda, baik dari sisi perilaku aktif berlebihan, hambatan wicara hingga kesulitan fokus belajar. “Guru harus mampu melakukan asesmen cepat dan memberikan intervensi yang tepat sesuai dengan kebutuhan unik tiap anak,” tambahnya.
Kegiatan ini juga menghadirkan narasumber berpengalaman, termasuk Ramadhan Saifullah dari RSUD Waluyo Jati yang membawakan materi terapi telewicara. Selain itu, para fasilitator dari tingkat Kabupaten Probolinggo seperti Muhammad Taufik, Ainun Jariyah dan Sri Hayati turut memberikan pelatihan langsung dibawah koordinasi Khusnul Khotimah selaku Koordinator Wilayah (Korwil) Bidang Dikdaya Kecamatan Dringu.
Hari kedua diisi dengan sesi refleksi dan penyusunan rencana tindak lanjut di masing-masing sekolah. Para GPK diarahkan untuk membentuk komunitas belajar yang aktif di tiap kecamatan sebagai ruang kolaboratif dalam bertukar pengalaman dan strategi pendampingan inklusi.
“Dengan adanya komunitas belajar, para guru tidak akan bekerja sendiri. Mereka bisa saling berbagi metode, ide kreatif dan trik mengatasi tantangan di kelas. Ini akan menguatkan budaya belajar dan solidaritas antar guru di 24 kecamatan,” jelasnya.
Like berharap kegiatan semacam ini bisa menjadi agenda rutin, mengingat pentingnya peran GPK dalam menciptakan lingkungan belajar yang adaptif dan inklusif. “Dengan pelatihan yang terus ditingkatkan, anak-anak inklusi di Kabupaten Probolinggo diharapkan dapat belajar dengan bahagia dan berkembang sesuai potensinya,” pungkasnya. (mel/fas)