Jamaah Aboge Rayakan Idul Fitri pada 1 April 2025


Leces, Lensaupdate.com - Masyarakat muslim Aboge yang berada di Dusun Krajan Desa/Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo melaksanakan sholat Idul Fitri di Mushola Al-Barokah, Selasa (1/4/2025) pagi. 

Meskipun hari raya Idul Fitri yang diperingati oleh umat Islam pada umumnya jatuh pada hari yang berbeda, pelaksanaan shalat Idul Fitri oleh jamaah Aboge berlangsung dengan penuh khidmat dan suasana yang harmonis.

Jamaah Aboge yang memiliki tradisi tersendiri dalam menentukan awal bulan Ramadhan dan Idul Fitri tetap mengadakan ibadah dengan penuh rasa syukur dan kebersamaan. Penetapan hari raya Idul Fitri bagi jamaah Aboge berpedoman pada kitab Mujarobat yang mengacu pada perhitungan khusus berdasarkan hari dan pasaran. Tahun ini, perhitungan tersebut jatuh pada hari Selasa Pon tanggal 1 April 2025.

Kiai Buri Mariyeh, seorang tokoh masyarakat dan sesepuh jamaah Aboge yang sudah berusia 80 tahun menjelaskan bahwa penentuan hari raya Idul Fitri bagi jamaah Aboge tidak menggunakan sistem penetapan yang sama dengan pemerintah. Jamaah Aboge mengikuti perhitungan yang dikenal dengan sebutan “Syawal Siji Loro" atau "Waljiro". 

Dalam perhitungan ini, tanggal pertama dan kedua bulan Syawal ditentukan berdasarkan kombinasi hari dan pasaran tertentu. Tahun 2025 ini, perhitungan mereka mencocokkan dengan tahun Je/Za yang jatuh pada hari Selasa Pon tanggal 1 April 2025.

Menurut Kiai Mariyeh, meskipun terdapat perbedaan dalam cara menentukan hari raya, pelaksanaan ibadah seperti shalat, puasa dan kewajiban lainnya tetap sama dengan umat Islam pada umumnya. 

Perbedaan tersebut hanya terletak pada cara menghitung tanggal Idul Fitri dan awal Ramadhan. Perhitungan kitab Mujarobat yang sudah diterima dan diyakini oleh jamaah Aboge selama bertahun-tahun terus dipertahankan sebagai tradisi yang dijunjung tinggi.

Keunikan dalam perhitungan hari raya ini tidak menimbulkan perpecahan antara masyarakat Aboge dan umat Islam lainnya. Bahkan, meskipun ada perbedaan dalam penetapan tanggal Idul Fitri, hubungan antar masyarakat tetap terjalin dengan baik.

“Tidak ada perbedaan dengan jamaah Islam pada umumnya. Hanya berbeda dalam perhitungan puasa dan hari raya saja," ujar Kiai Mariyeh.

Selama ini, masyarakat Aboge hidup rukun dengan masyarakat sekitar yang merayakan Idul Fitri pada hari yang berbeda. Tidak ada ketegangan ataupun perselisihan terkait perbedaan ini. Sebaliknya, masyarakat saling menghormati dan memaklumi perbedaan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan dalam cara menentukan hari raya bukanlah halangan untuk hidup berdampingan dengan damai.

Tradisi jamaah Aboge yang memperlihatkan toleransi dan penghormatan terhadap perbedaan menunjukkan betapa pentingnya saling memahami dan menjaga kerukunan dalam masyarakat yang plural. Meskipun ada perbedaan dalam cara merayakan hari raya, nilai-nilai keislaman tetap menjadi kesatuan yang menyatukan umat, terlepas dari variasi cara mereka merayakannya. (put/zid)