Kraksaan, Lensaupdate.com - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Probolinggo melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) terus memperkuat kesiapan desa dalam menghadapi ancaman perubahan iklim dengan melaksanakan sosialisasi dan pembinaan Program Komunitas untuk Iklim (ProKlim) tahun 2025. Kegiatan ini menjadi bagian dari strategi nasional untuk membangun ketahanan masyarakat desa terhadap bencana iklim yang semakin sering terjadi.
Sosialisasi dan pembinaan ProKlim digelar di dua lokasi strategis yakni Desa Sidopekso pada Kamis (17/4/2025) dan Kelurahan Semampir pada Selasa (22/4/2025). Kegiatan ini menghadirkan peserta dari berbagai elemen masyarakat seperti aparatur desa, kelompok tani, kader posyandu, PKK, komunitas lingkungan hingga perwakilan perusahaan melalui program Corporate Social Responsibility (CSR).
Kepala DLH Kabupaten Probolinggo Agus Budianto melalui JF Pengendali Dampak Lingkungan Ahli Muda Sugeng Hariyono mengatakan perubahan iklim telah memicu peningkatan frekuensi dan intensitas bencana hidrometeorologi seperti banjir, kekeringan, longsor, cuaca ekstrem dan rob. “Oleh karena itu, penting bagi masyarakat, terutama yang tinggal di wilayah pesisir untuk meningkatkan kapasitas adaptasi dan mitigasi melalui tindakan nyata,” katanya.
Sugeng memberikan beberapa contoh aksi adaptasi yang disosialisasikan antara lain konservasi air melalui penampungan air hujan, pembuatan sumur resapan, embung serta biopori. Sementara itu, mitigasi dilakukan dengan mengurangi ketergantungan pada energi fosil melalui penggunaan energi terbarukan seperti solar panel, mikro hidro dan tenaga angin. Penanaman pohon, pengelolaan limbah serta penerapan pola hidup rendah karbon juga menjadi fokus utama.
“ProKlim 2025 sendiri merupakan pengembangan dari program sebelumnya yang dikenal sebagai Kampung Iklim. Kini, program ini tidak hanya menyasar komunitas berbasis wilayah administratif seperti desa atau kelurahan, tetapi juga mencakup komunitas berbasis lanskap atau jenis aktivitas yang terorganisir dan berkelanjutan,” jelasnya.
Menurut Sugeng, tujuan utama dari ProKlim adalah mendorong kesadaran dan aksi masyarakat dalam menghadapi perubahan iklim serta memastikan bahwa kontribusi mereka terhadap pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) dapat terukur dan terdokumentasi.
“Dalam pelaksanaannya, ProKlim mengedepankan prinsip kemitraan dan pendekatan berbasis masyarakat, sehingga memungkinkan terciptanya sinergi antara upaya akar rumput dan kebijakan dari tingkat atas,” terangnya.
Sugeng menegaskan keberhasilan ProKlim sangat bergantung pada ketersediaan sumber daya, dukungan lintas sektor dan keberlanjutan program. “Kolaborasi antara pemerintah, swasta dan masyarakat sipil menjadi kunci utama dalam menghadirkan solusi iklim yang efektif dan inklusif,” pungkasnya. (nab/zid)